Written by cnathael@blog.com
Posted in:
tragedi
Vehicles are scattered along the broken remains of the Interstate 35W bridge, which stretches between Minneapolis and St. Paul, after it collapsed into the Mississippi River during evening rush hour Wednesday, Aug. 1, 2007, sending vehicles, tons of concrete and twisted metal crashing into the water. (AP Photo/The Star Tribune, Heather Munro)
Anda lihat foto di atas, itu mobil-mobil betulan lho. Kejadiannya di USA, baru saja kemarin. Bayangkan, suatu negara maju yang mana bidang engineering-nya menjadi panutan atau referensi banyak negara-negara lain, ternyata mengalami kejadian yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Seperti kejadian 911 tempo hari.
Jika itu akibat teroris, mungkin masih mending, maksudnya bahwa itu terjadi karena ada rencana jahat. Tetapi jika ternyata bukan, tetapi akibat kondisi alam (bukan maksud jahat manusia) , wah ini benar-benar PR luar biasa bagi para engineer, khususnya structural engineer.
Mengapa itu bisa terjadi !!!! Kenapa ? Jika di USA saja bisa demikian, bagaimana dengan negara kita !
Kita khan selalu gembar-gembor bahwa ada tiga kata kunci berkaitan dengan kinerja struktur bagi seorang structural engineer, yaitu : strength (kekuatan), stiffness (kekakuan) dan yang terakhir adalah ductile (daktail). Jika strength dan stiffness terlampaui / gagal (karena alasan apapun, gempa, angin, lain-lain) bolehlah, itu mungkin kehendak alam. Tetapi kata kunci ke tiga yaitu daktail, tidak boleh gagal. Karena hanya itulah, maka korban jiwa dapat dihindari.
Jadi jembatan tersebut runtuh : boleh saja (bisa dicari berbagai alasan untuk membenarkan) tetapi yang nggak benar adalah mengapa tiba-tiba, atau tidak ada tanda-tanda sehingga jembatan masih tetap dipakai, sehingga timbul korban yang sia-sia tersebut. Itu menunjukkan bahwa para engineer gagal memakai ilmunya untuk maksud yang sebenarnya yaitu keselamatan jiwa-jiwa.
Peristiwa tersebut juga menunjukkan bahwa profesi engineer adalah suatu profesi yang tidak sembarangan (istimewa), sama mulianya seperti dokter. Jika mereka (para engineer) tidak bekerja dengan benar, maka kejadian buruk seperti di atas dapat terjadi.
Hanya sayang, di Indonesia masih banyak
engineer yang dihargai seperti halnya tukang, dianggap kalah elite dibanding dokter. Masih banyak yang membayar murah ! Jika demikian, bagaimana mereka bisa memberi hati sepenuhnya bagi bidang pekerjaan tersebut. Ini juga PR bagi kita para
engineer di Indonesia. Kita khan nggak mau khan kejadian ini akan kita alami langsung.
foto-foto yang lain:
<>
Bila tertarik dan ingin melihat lebih detail ikuti link-link berikut :
<>
Betapa dahsyatnya kondisi kecelakaan di atas, bahkan dari berita harian kompas masih diinformasikan bahwa masih banyak mobil-mobil yang terseret ke dasar sungai dan tertimpa beton-baja jembatan yang masih belum dapat dievakuasi.
Dari koran Kompas juga diketahui bahwa sebenarnya sudah ada tanda-tanda bahwa kondisi jembatan dipertanyakan yaitu dijumpainya karat pada baja tumpuan. Laporan tahun 2005 bahkan menunjukkan kalau kekakuan jembatan telah berkurang 50%. Wah gimana ya, udah tahu gitu koq masih dipakai. Tapi tunggu dulu, gimana cara ngitungnya, kalau yang yang diketahui hanya karat. Bisa-bisa asal ngomong doang. Tapi buktinya, ada yang runtuh. Wah gimana ya, jadi ilmu strukturnya masih terbatas ya.
Kalau begitu adanya karat bisa menjadi tanda yang serius. Kayaknya orang sipil nggak terlalu concern nih kalau karat suatu hal yang serius, maksudnya sampai menghasilkan keruntuhan seperti itu. Karat khan memang sesuatu yang gawat jika tidak ada pengechekan, padahal tiap tahun di US sana pengecheckannya ketat lho. Gimana itu teman-teman, ada punya pendapat ?
Ok, saya kira udah pada jenuh ya melihat kondisi runtuh dari jembatan I35w tersebut. Saya yakin banyak yang ingin tahu bagaimana kondisi jembatan tersebut sebelum runtuh. Jadi dapat menjadi masukan jika ketemu jembatan serupa. Ini lho kondisi sehatnya.
Jembatan yang runtuh yang sebelah kiri, yang sebelah kanan masih utuh, padahal lebih tua lho. Jadi ingat pepatah : tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
Sumber rujukan : Wikipedia
Sistem jembatan di atas adalah sistem rangka batang yang menerus. Karena memakai menerus maka bending momen di tumpuan lebih besar dibanding di bagian tengah, oleh karena itu anda lihat bagian tengah mengecil. Perubahan bagian pinggir ke tengah membentuk lengkung sesuai dengan besarnya momen akibat berat sendirinya. Jadi meskipun bentuknya lengkung itu tidak termasuk jembatan busur lho. Penjelasan di Wikipedia bahwa jembatan tersebut adalah termasuk jembatan busur adalah salah !
Apa sih beda jembatan busur dengan tipe jembatan rangka batang menerus di atas. Ya jelas beda dong, kalau saya melihat dari cara kerjanya. Jembatan busur maka yang dominan adalah aksi aksial (tekan saja) sehingga diperlukan tumpuan yang rigid, baik itu berupa sendi-sendi atau jepit-jepit. Sedangkan jembatan rangka batang menerus di atas maka yang dominan adalah perilaku lentur, tetapi karena tipenya rangka batang maka momen lentur akan dialihkan menjadi kopel gaya-gaya pada tepi-tepi atas rangka tersebut. Jadi pada batang-batang rangka hanya ada gaya-gaya aksial (tekan dan tarik).
Mestinya jika strukturnya berperilaku lentur maka tipe keruntuhannya juga liat (daktail), apalagi jika keruntuhannya adalah akibat gaya tarik (baja mengalami leleh – yang merupakan sumber daktilitas dari bahan tersebut). Tetapi perlu diperhatikan jika keruntuhan itu disebabkan oleh gaya tekan, pada elemen tekan maka stabilitas menjadi hal yang dominan. Keruntuhan dapat terjadi meskipun tegangannya di bawah tegangan leleh bahan yg disebut buckling.
Jadi karena keruntuhan jembatan sifatnya tiba-tiba maka memang benar bahwa penyebab bisa saja karat. Analisisnya sebagai berikut. Karat pada bagian tumpuan jembatan (nggak kelihatan dari luar) mengurangi efektifitas luas penampang baja. Bagaimana menguranginya tentu saja perlu di teliti lebih mendalam. Akibat penampang yang ‘mengecil’ maka pada saat beban puncak yaitu gaya tekan yang besar pada komponen tersebut mengalami buckling. Komponen yang dimaksud tentu saja bagian yang kritis, saya memperkirakan dekat tumpuan. Maka terjadilah failure. Karena sifat failure-nya mendadak (tidak daktail) yang mengakibatkan efek dinamik (tiba-tiba) maka akan ‘mengajak’ yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar