Written by cnathael@blog.com
Posted in:
Biografi
Imagawa Yoshimoto (今川 義元,
1519-
1560) adalah seorang
daimyo pada zaman perang sipil
Jepang atau
periode Sengoku yang berkuasa atas wilayah
Suruga,
Totomi, dan
Mikawa.
Kehidupan awal
Yoshimoto terlahir sebagai putra ke-5 dari
Imagawa Ujichika. Pada masa mudanya, ia dikirim ke Kuil Zentoku untuk mempelajari agama
Budha, disana ia menjadi
biksu dengan nama
Baigaku Shōhō. Tahun
1526, ayahnya meninggal dan jabatan sebagai kepala klan Imagawa jatuh ke tangan kakaknya tertuanya,
Imagawa Ujiteru. Tahun
1536, Ujiteru tiba-tiba wafat tanpa meninggalkan pewaris, desas-desus mengatakan karena diracuni. Klan Imagawa dilanda konflik internal karena saudara-saudara Ujiteru saling bertikai untuk menjadi kepala klan, dalam sejarah peristiwa ini dikenal dengan nama
Kericuhan Hanagura (花倉の乱, hanagura-no-ran).
Dalam situasi kacau itulah Yoshimoto keluar dari kuil dan kembali ke kehidupan sekuler. Ia melibatkan diri dalam konflik itu, saingannya yang terkuat adalah saudara tirinya,
Genkō Etan. Kebanyakan pengikut klan lainnya lebih mendukung Yoshimoto, dukungan ini juga diperkuat oleh ibunya sendiri, istri sah dari Ujichika. Genkō Etan pada akhirnya terbunuh, Yoshimoto keluar sebagai pemenang pun mewarisi jabatan sebagai kepala klan Imagawa yang baru. Ia segera mengkonsolidasikan kekuatannya dan menjalin persekutuan dengan penguasa-penguasa wilayah tetangganya, salah satunya dengan menikahi putri
Takeda Nobutora, daimyo
Kai.
Daimyo dari Suruga
Sebagai administrator yang handal, Yoshimoto melakukan serangkaian survei wilayah dan mengubah
Sumpu, ibukota wilayahnya, menjadi pusat kebudayaan. Ia mengikuti gaya kaum bangsawan
Kyoto dengan mencukur bulu mata dan menghitamkan gigi, ia juga sangat menggemari permaianan
kemari (sepak bola tradisional Jepang). Salah seorang istrinya yang adalah putri bangsawan Kyoto banyak membantunya mengatur daerah Sumpu. Yoshimoto tidak terlalu ahli dalam kemiliteran sehingga untuk urusan ini,ia banyak bergantung pada pamannya, seorang
sohei (biksu prajurit) bernama Sessai Choro, yang lebih dikenal dengan nama Budhisnya,
Taigen Sessai. Kelebihan Yoshimoto terletak pada bidang politik, pada tahun
1545, ia mengarsiteki persekutuan tiga klan yaitu Imagawa, Takeda, dan Hojo. Ia juga sering berperan sebagai mediator yang menengahi Takeda dan Hojo yang sering bertikai.
Menyadari pentingnya wilayah Kai kekuasaan klan Takeda yang bertetangga dengannya, ia sangat memperhatikan perkembangan disana. Tahun
1541, ia turut membantu
Takeda Shingen, putra Nobutora, dalam usaha menggulingkan ayahnya sendiri. Yoshimoto mengulur waktu menahan Nobutora yang kebetulan saat itu sedang mengunjungi putrinya agar tinggal lebih lama di Suruga sambil menunggu persiapan Shingen matang. Ketika Nobutora kembali ke wilayahnya, ia dilarang memasuki perbatasan Kai oleh putra dan para bawahannya. Nobutora akhirnya diasingkan dan menjadi biksu hingga akhir hayatnya. Ia menjalin hubungan baik dengan Shingen, pemimpin baru klan Takeda, mereka bersama-sama menyerbu Hojo pada tahun
1544, namun pertempuran ini tidak menghasilkan kemajuan berarti sehingga ia mengatur sebuah negosiasi damai setelah menghadapi
Hojo Ujiyasu di
Kitsunebashi.
Setelah mengalahkan klan Shiba, Yoshimoto menganeksasi Totomi ke dalam wilayah kekuasaannya. Dilanjutkan dengan menundukkan klan Matsuidara dari Mikawa tahun
1548, klan Matsuidara menyerahkan Matsuidara Motoyasu (yang kemudian dikenal sebagai
Tokugawa Ieyasu) sebagai sandera. Dalam rangka ekspansi ke barat, Yoshimoto harus berhadapan dengan klan Oda dari
Owari. Tahun
1542, Imagawa dan Oda berhadapan dalam
Pertempuran Azukizaka. Dalam pertempuran ini, Imagawa kalah oleh
Oda Nobuhide, kepala klan Oda. Tahun
1548, menyusul kericuhan di wilayah Mikawa, Imagawa dan Oda kembali terlibat dalam pertempuran. Yoshimoto mengutus pamannya, Taigen Sessai untuk menghadapi Oda Nobuhide dalam
Pertempuran Azukizaka II. Dalam pertempuran ini Sessai berhasil membalaskan dendam klan Imagawa enam tahun lalu. Nobuhide kalah dan meninggal pada tahun berikutnya.
Tahun 1550-an adalah masa kejayaan klan Imagawa, Yoshimoto memiliki posisi yang kuat diantara daimyo-daimyo lain di Jepang timur. Tahun
1553, ia menyunting Imagawa kana mokuroku tsuika (今川假名目錄), yaitu perluasan dari aturan klan yang dibuat sejak zaman ayahnya. Ia mendirikan perusahan percetakan di Sumpu dan mengatur penyuntingan sejarah klan Imagawa sepanjang lima bab.
Kematian
Tahun 1560, dengan penuh rasa percaya diri, Yoshimoto memimpin 25.000 pasukannya untuk menaklukkan Kyoto, ibukota kekaisaran. Pada masa itu daimyo yang berhasil menduduki Kyoto dianggap sebagai yang terkuat. Untuk menuju ke Kyoto, pasukan itu harus melintasi perbatasan Owari, wilayah klan Oda, musuh bebuyutannya. Serangan pertamanya terhadap Oda cukup berhasil, dua benteng milik klan Oda berhasil direbut. Untuk merayakan kemenangan awal ini, Yoshimoto memerintahkan pasukannya mendirikan kemah di
Dengakuhazama, dekat
Okehazama. Tanpa diduga,
Oda Nobunaga, putra Nobuhide yang telah menjadi kepala klan baru, melakukan serangan kejutan. Pasukan Imagawa yang larut dalam pesta pora tidak menduga Nobunaga akan menyerang mereka dalam kondisi cuaca yang saat itu sedang hujan badai.
Lokasi Pertempuran Okehazama di Kota Toyoaki, Prefektur Aichi, tempat Imagawa Yoshimoto menemui ajal
Serangan mendadak Nobunaga menyebabkan pasukan Imagawa yang sedang berpesta kocar-kacir dan dilanda kepanikan. Di tengah kekacauan Yoshimoto melarikan diri dengan kudanya, namun kuda itu malah terkejut dan menjatuhkannya. Ia dikepung rapat oleh orang-orang Oda. Satu-persatu pengawalnya bertumbangan di tangan musuh. Seorang pengikut Oda,
Mori Shinsuke, berhasil memenggal kepala Yoshimoto setelah bertarung dengan sengit dengannya. Yoshimoto tewas dengan potongan jari Mori di mulutnya karena dalam pergulatan itu ia sedang menggigit jari Mori. Setelah kematiannya, ia digantikan oleh putranya,
Imagawa Ujizane, yang tidak berguna. Klan Imagawa hancur tak lama kemudian, wilayahnya dijarah oleh Tokugawa dan Takeda.
Imagawa Yoshimoto dalam budaya populer
0 komentar:
Posting Komentar