Written by cnathael@blog.com
Posted in:
Biografi
Oda Nobunaga |
23 Juni 1534 - 21 Juni 1582 |
Lukisan koleksi kuil Chōkōji, kota Toyota, Prefektur Aichi |
Zaman: | Sengoku |
Tanggal lahir: | 23 Juni 1534 |
Tahun wafat: | 21 Juni 1582 |
Penggantian nama: | Kichihōji (nama kecil), Saburō |
Nama anumerta: | Sōkenindenzōdaijōkokuippontaigansōgi |
Julukan: | raja iblis surga keenam, setan merah, si bodoh |
Majikan: | Ashikaga Yoshiaki |
Klan: | Oda, Taira, Fujiwara, Imbe |
Orangtua: | Oda Nobuhide (ayah), Dota Gozen (ibu) |
Kakak adik: | Nobuhiro (kakak tiri), Nobunaga, Nobuyuki, Nobukane, Nobuharu, Nobutoki, Nobuoki, Hidetaka, Hidenari, Nobuteru, Nagamasa, Nagatoshi, Oinu (perempuan), Oichi (adik perempuan). |
Istri: | Putri Nō (istri sah), Ikoma Kitsuno, Onabe no kata |
Keturunan: | Nobutada, Nobuo (Nobukatsu), Nobutaka, Hidekatsu, Katsunaga, Nobuhide, Nobutaka, Nobuyoshi, Nobusada, Nobuyoshi, Nagatsugu, Nobumasa, Putri Toku, Putri Fuyu, Hideko, Putri Ei, Hōon-in, Sannomaru-dono, dan lain-lain (lihat teks) |
Nobunaga dikenal dengan kebijakan yang dianggap kontroversial seperti penolakan kekuasaan oleh klan yang sudah mapan, dan pengangkatan pengikut dari keluarga yang asal-usul keturunannya tidak jelas. Nobunaga berhasil memenangkan banyak pertempuran di
zaman Sengoku berkat penggunaan senjata api model baru. Selain itu, ia ditakuti akibat tindakannya yang sering dinilai kejam, seperti perintah membakar semua penentang yang terkepung di kuil Enryakuji, sehingga Nobunaga mendapat julukan raja iblis.
Perjalanan hidup
Masa muda
Nobunaga diangkat menjadi penguasa Istana Nagoya sewaktu masih berusia 2 tahun. Sejak kecil hingga remaja, Nobunaga dikenal sering berkelakuan aneh sehingga mendapat julukan "si bodoh dari Owari" dari orang-orang di sekelilingnya. Nama julukan ini diketahui dari catatan tentang Nobunaga yang tertarik pada
senapan yang tertulis dalam sejarah masuknya
senjata api ke Jepang melalui kota pelabuhan
Tanegashima.
Nobunaga sejak masih muda memperlihatkan sifat genius dan tindakan gagah berani. Tindakan yang sangat mengejutkan sang ayah juga sering dilakukan oleh Nobunaga, seperti menggunakan api untuk melepas sekelompok
kuda di
Istana Kiyosu. Ketika masih merupakan pewaris kekuasaan ayahnya, Nobunaga dari luar terlihat sangat melindungi para pengikutnya. Di sisi lain, Nobunaga sangat berhati-hati terhadap para pengikut walaupun tidak diperlihatkan secara terang-terangan.
Pada waktu
Toda Yasumitsu dari
Mikawa membelot dari klan Imagawa ke klan Oda,
Matsudaira Takechiyo berhasil diselamatkan dari penyanderaan pihak musuh. Nobunaga sering melewatkan masa kecil bersama Matsudaira Takechiyo (nantinya dikenal sebagai
Tokugawa Ieyasu) sehingga keduanya menjalin persahabatan yang erat.
Pada tahun
1546, Nobunaga menyebut dirinya sebagai Oda Kazusanosuke (
Oda Nobunaga) setelah diresmikan sebagai orang dewasa pada usia 13 tahun di
Istana Furuwatari. Nobunaga mewarisi jabatan kepala klan (
katoku) setelah Oda Nobuhide tutup usia. Pada upacara
pemakaman ayahnya, Nobunaga melakukan tindakan yang dianggap tidak sopan dengan melemparkan abu
dupa ke altar. Ada pendapat yang mengatakan cerita ini merupakan hasil karangan orang beberapa tahun kemudian.
Pada tahun
1553,
Hirate Masahide, sesepuh klan Oda melakukan
seppuku sebagai bentuk protesnya terhadap kelakuan Nobunaga. Kematian Masahide sangat disesali Nobunaga yang lalu meminta bantuan pendeta bernama Takugen untuk membuka gunung dan mendirikan tempat beristirahat arwah Hirate Masahide. Kuil ini kemudian diberi nama
kuil Masahide.
Pada tahun
1548, Nobunaga mulai memimpin pasukan sebagai pengganti sang ayah. Pertempuran sengit melawan musuh lama
Saitō Dōsan dari pPvinsi
Mino akhirnya bisa diselesaikan secara damai. Nobunaga kemudian menikah dengan putri Saito Dōsan yang bernama
Nōhime.
Pertemuan Nobunaga dengan bapak mertua Saito Dōsan dilakukan di
kuil Shōtoku yang terletak di
Gunung Kōya. Ada cerita yang mengatakan dalam pertemuan ini kualitas kepemimpinan yang sebenarnya dari Oda Nobunaga mulai terlihat dan reputasi Nobunaga sebagai anak bodoh mulai terhapus.
Pada bulan April
1556, sang bapak mertua Saitō Dōsan tewas akibat kalah bertempur dengan putra pewarisnya sendiri
Saitō Yoshitatsu. Pasukan Dōsan sebetulnya sudah dibantu pasukan yang dikirim Nobunaga, tapi konon sudah terlambat untuk dapat menolong Saitō Dōsan.
Klan Oda dan perselisihan keluarga
Pada tahun berikutnya (
1557), Nobuyuki kembali menyusun rencana pemberontakan. Nobunaga yang mendengar rencana ini dari laporan rahasia
Shibata Katsuie berpura-pura sakit dan menjebak Nobuyuki untuk datang menjenguknya ke
Istana Kiyosu. Nobuyuki dihabisi sewaktu datang ke Istana Kiyosu.
Sementara itu, perselisihan terjadi di dalam klan Oda yang terdiri dari banyak keluarga dan faksi. Klan Oda mengabdi selama tiga generasi untuk keluarga Oda Yamato-no-kami.
Oda Nobutomo memimpin keluarga Oda Yamato-no-kami yang menjabat
shugodai untuk distrik Shimoyon, Provinsi Owari. Nobunaga bukan merupakan garis keturunan utama klan Oda, sehingga Oda Nobutomo berniat menghabisi keluarga Nobunaga yang dianggap sebagai ancaman.
Pada saat itu, Oda Nobutomo menjadikan penjaga Provinsi Owari yang bernama
Shiba Yoshimune sebagai
boneka untuk mempertahankan kekuasaan. Walaupun hal ini lazim dilakukan
shugodai pada zaman itu, Yoshimune tidak menyukai perlakuan Nobutomo sehingga hubungan di antara keduanya menjadi tegang. Di tengah panasnya hubungan dengan Yoshimune, Nobutomo menyusun rencana pembunuhan atas Nobunaga. Rencana pembunuhan ini dibocorkan Yoshimune kepada Nobunaga, sehingga ada alasan untuk menyerang Nobutomo.
Setelah tahu rencana pembunuhan yang disusunnya terbongkar, Nobutomo sangat marah terhadap Yoshimune. Ketika sedang menangkap ikan di sungai ditemani pengawalnya, putra Yoshimune yang bernama
Shiba Yoshikane dibunuh oleh Nobutomo. Anggota keluarga Yoshikane (seperti adik Yoshikane yang kemudian dikenal sebagai
Mōri Hideyori dan
Tsugawa Yoshifuyu) meminta pertolongan Nobunaga untuk melarikan diri ke tempat yang jauh.
Peristiwa pembunuhan Shiba Yoshikane merupakan kesempatan bagi Nobunaga untuk memburu dan membunuh komplotan pembunuh Yoshikane dari keluarga Oda Kiyosu yang sudah lama merupakan ganjalan bagi Nobunaga. Oda Nobutomo berhasil dihabisi paman Nobunaga yang bernama
Oda Nobumitsu (penguasa
Istana Mamoriyama). Dengan tewasnya Nobutomo, Nobunaga berhasil menamatkan sejarah keluarga Oda Kiyosu yang merupakan garis keturunan utama klan Oda, sehingga keluarga Oda Nobunaga yang bukan berasal dari garis keturunan utama bisa menjadi pemimpin klan.
Nobunaga menaklukkan penguasa
Istana Inuyama bernama
Oda Nobukiyo yang sebenarnya masih satu keluarga. Setelah itu, Nobunaga menyingkirkan
Oda Nobuyasu yang merupakan garis utama keturunan klan Oda sekaligus penguasa distrik Shimoyon. Oda Nobuyasu adalah anggota keluarga Oda Kiyosu yang menjadi musuh besar Nobunaga. Nobunaga berhasil mengalahkan
Oda Nobuyasu, dan mengusirnya dalam Pertempuran Ukino. Pada tahun
1559, keluarga Nobunaga berhasil memegang kendali kekuasaan Provinsi Owari.
Pengusiran klan Shiba
Kesempatan tewasnya
Shiba Yoshikane yang merupakan boneka klan Oda digunakan Nobunaga untuk berdamai dengan para
daimyo di wilayah tetangga. Nobunaga berhasil menjalin persekutuan dengan klan Shiba,
klan Kira (penjaga wilayah
Mikawa) dan
klan Imagawa (penjaga wilayah
Suruga).
Keadaan berlangsung tenang selama beberapa waktu sampai terbongkarnya rencana komplotan pembunuh Nobunaga. Komplotan terdiri dari
klan Ishibashi yang masih keluarga dengan
Shiba Yoshikane (pemimpin klan Shiba), dan klan Kira yang masih ada hubungan keluarga dengan klan Ashikaga. Keluarga shogun Ashikaga masih merupakan garis utama keturunan klan Shiba. sewaktu diusir ke Kyoto, Yoshikane pernah meminta perlindungan keluarga Ashikaga. Setelah menghabisi klan Shiba dan keluarga Oda Kiyosu, kekuasaan Provinsi Owari akhirnya benar-benar berada di tangan Nobunaga.
Pertempuran Okehazama
Lokasi pertempuran Okehazama di kota Toyoaki, Prefektur Aichi
Pada tahun berikutnya (
1560), penjaga wilayah
Suruga yang bernama
Imagawa Yoshimoto memimpin pasukan besar-besaran yang dikabarkan terdiri dari 20.000 sampai 40.000 prajurit untuk menyerang Owari. Imagawa Yoshimoto adalah musuh Nobunaga karena masih satu keluarga dengan klan Kira yang merupakan garis luar keturunan
keluarga shogun Ashikaga. Klan Matsudaira dari Mikawa yang berada di garis depan berhasil menaklukkan benteng-benteng pihak Nobunaga.
Pertempuran tidak seimbang karena jumlah pasukan klan Oda hanya sedikit. Di tengah kepanikan para pengikutnya, Nobunaga tetap tenang. Saat tengah malam, Nobunaga tiba-tiba bangkit menarikan tarian
Kōwaka-mai dan menyanyikan lagu Atsumori. Setelah puas menari dan menyanyi, Nobunaga pergi berdoa ke
kuil Atsuta-jingū dengan hanya ditemani beberapa orang pengikutnya yang menunggang
kuda. Sebagai pengalih perhatian, sejumlah prajurit diperintahkan untuk tinggal di tempat. Sementara itu, Nobunaga memimpin pasukan yang hanya terdiri dari 2.000 prajurit untuk menyerang pasukan Imagawa yang sedang mabuk kemenangan. Imagawa Yoshimoto diincarnya untuk dibunuh. Pasukan Nobunaga pasti kalah jika berhadapan langsung dengan pasukan Imagawa yang berjumlah sepuluh kali lipat. Peristiwa ini dikenal sebagai
Pertempuran Okehazama. Imagawa Yoshimoto sangat terkejut dan tidak menduga serangan mendadak dari pihak Nobunaga. Pengawal berkuda dari pihak Nobunaga,
Hattori Koheita dan
Mōri Shinsuke berhasil membunuh Imagawa Yoshimoto. Setelah kehilangan pemimpin, sisa-sisa pasukan Imagawa pulang melarikan diri ke
Suruga. Kemenangan dalam Pertempuran Okehazama membuat nama Oda Nobunaga, 26 tahun, menjadi terkenal di seluruh negeri.
Seusai Pertempuran Okehazama, klan Imagawa menjadi kehilangan kendali atas klan Matsudaira yang melepaskan diri dari keluarga Imagawa. Pada tahun
1562 dengan perjanjian
Persekutuan Kiyosu, Nobunaga bersekutu dengan
Matsudaira Motoyasu (kemudian dikenal sebagai
Tokugawa Ieyasu) dari
Provinsi Mikawa. Kedua belah pihak memiliki tujuan yang sama, yakni menghancurkan klan Imagawa.
Penaklukan Mino
Penaklukan
Saitō Tatsuoki dari Provinsi Mino merupakan tujuan berikut Nobunaga. Pada tahun
1564, Nobunaga bersekutu dengan
Azai Nagamasa dari
Ōmi utara untuk menjepit posisi
klan Saitō. Berdasarkan perjanjian tersebut, adik perempuan Nobunaga yang bernama
Oichi dinikahkan dengan Azai Nagamasa.
Nobunaga berhasil menaklukkan pasukan Saitō Tatsuoki berkat bantuan klan Takenaka, Kelompok Tiga Serangkai dari Mino bagian barat (pasukan dari klan Inaba, klan Ujiie, dan klan Andō), klan Hachisuka, klan Maeno dan klan Kanamori. Dengan ditaklukkan Provinsi
Mino pada tahun
1567, Nobunaga menjadi
daimyo dua provinsi sekaligus di usia 33 tahun.
Keinginan Nobunaga untuk menaklukkan seluruh Jepang dimulai dari Provinsi Mino, karena pada saat itu menguasai Mino sama artinya dengan menguasai seluruh Jepang. Nama bekas pusat kekuasaan
klan Toki dan klan Saitō di Inoguchi diganti namanya oleh Nobunaga menjadi
Gifu. Aksara
kanji "Gi" untuk kota Gifu diambil dari nama Gunung Gi (
Qi dalam
bahasa Tiongkok) yang merupakan tempat berdirinya
Dinasti Zhou. Nobunaga konon bermaksud menggunakan kesempatan ini sebagai titik awal pendirian dinasti Nobunaga.
Pada tahun itu juga (
1567), Nobunaga mulai secara terang-terangan menunjukkan ambisinya menguasai seluruh Jepang. Nobunaga mulai menggunakan stempel bertuliskan
Tenka Fubu (天下布武 ?, di bawah langit, menguasai dengan kekuatan bersenjata) atau
penguasaan seluruh Jepang dengan kekuatan bersenjata.Pada saat itu, Provinsi
Kai dan
Shinano yang bertetangga dengan Mino dikuasai
daimyo Takeda Shingen. Nobunaga berusaha memperlihatkan sikap bersahabat dengan Shingen, antara lain berusaha mengawinkan
Oda Nobutada, putra pewarisnya dengan anggota keluarga Takeda Shingen.
Bertugas di Kyoto
Pada masa sebelum tahun
1565, klan Miyoshi adalah bawahan (
shitsuji) dari klan Hosokawa yang secara turun temurun telah menjabat
kanrei di wilayah
Kinai. Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi dan
Matsunaga Hisahide adalah samurai berpengaruh dari klan Miyoshi yang mengabdi kepada shogun ke-14
Ashikaga Yoshihide yang merupakan boneka klan Miyoshi.
Sewaktu sedang memperkuat pemerintah keshogunan,
Ashikaga Yoshiteru (shogun ke-13) berselisih dengan klan Miyoshi sehingga dibunuh Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi dan
Matsunaga Hisahide. Selain itu, adik Ashikaga Yoshiteru yang bernama
Ashikaga Yoshiaki juga menjadi incaran, sehingga melarikan diri ke Provinsi
Echizen yang dikuasai klan
Asakura. Pada saat itu, penguasa
Echizen yang bernama
Asakura Yoshikage ternyata tidak memperlihatkan sikap mau memburu klan Miyoshi.
Pada bulan Juli
1568, Yoshiaki dengan mengabaikan rasa takutnya, mendekati Nobunaga yang sudah menjadi penguasa Mino. Pada bulan September tahun yang sama, permintaan bantuan
Ashikaga Yoshiaki disambut Nobunaga yang kebetulan mempunyai ambisi untuk menguasai Jepang. Nobunaga menerima Ashikaga Yoshiaki sebagai shogun ke-15 yang kemudian memuluskan rencananya untuk menguasai Kyoto.
Usaha Nobunaga untuk menaklukkan Kyoto dihentikan di
Provinsi Ōmi oleh
klan Rokkaku. Pimpinan klan Rokkaku yang bernama
Rokkaku Yoshikata tidak mengakui Yoshiaki sebagai shogun. Serangan mendadak dilakukan Nobunaga, dan seluruh anggota klan Rokkaku terusir. Penguasa Kyoto yang terdiri dari
Miyoshi Yoshitsugu dan
Mastunaga Hisahide juga ditaklukkan Nobunaga. Ambisi Nobunaga menguasai Kyoto tercapai setelah Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi melarikan diri ke
Provinsi Awa.
Berkat bantuan Nobunaga, Ashikaga Yoshiaki diangkat sebagai shogun ke-15
Keshogunan Ashikaga. Nobunaga membatasi kekuasaan shogun agar bisa memerintah seluruh negeri sesuai kemauannya sendiri. Pemimpin militer daerah seperti
Uesugi Kenshin juga mematuhi kekuasaan keshogunan yang dikendalikan Nobunaga.
Nobunaga memaksa Yoshiaki untuk mematuhi Lima Pasal Peraturan Kediaman Keshogunan (
denchū okite gokajū) yang membuat shogun Yoshiaki sebagai boneka Nobunaga. Secara diam-diam, Ashikaga Yoshiaki membentuk koalisi anti Nobunaga dibantu
daimyo penentang Nobunaga.
Dalam usaha menaklukkan Kyoto, Nobunaga memberi dana pengeluaran militer sebanyak 20.000
kan kepada kota
Sakai dengan permintaan agar tunduk kepada Nobunaga. Perkumpulan pedagang kota Sakai (
Sakai Egoshū) menentang Nobunaga dengan bantuan
Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi. Pada tahun
1569, kota Sakai menyerah setelah diserang pasukan Nobunaga.
Mulai sekitar tahun
1567, Nobunaga berusaha menaklukkan
Provinsi Ise. Provinsi Ise dikuasai Nobunaga berkat bantuan kedua putranya yang dikawinkan dengan anggota keluarga klan yang berpengaruh di Ise. Pada tahun
1568, Nobunaga memaksa
klan Kambe untuk menyerah dengan imbalan
Oda Nobutaka dijadikan penerus keturunan klan Kambe. Pada tahun
1569, Nobunaga menundukkan
klan Kitabatake yang menguasai Provinsi Ise. Putra kedua Nobunaga yang bernama
Oda Nobuo (Oda Nobukatsu) dijadikan sebagai penerus keturunan Kitabatake.
Koalisi anti-Nobunaga
Pada bulan April
1570, Nobunaga bersama
Tokugawa Ieyasu memimpin pasukan untuk menyerang
Asakura Yoshikage di
Provinsi Echizen. Istana milik Asakura satu demi satu berhasil ditaklukkan pasukan gabungan Oda-Tokugawa. Pasukan sedang dalam iring-iringan menuju Kanegasaki ketika secara tiba-tiba
Azai Nagamasa (sekutu Nobunaga dari Ōmi utara) berkhianat dan menyerang pasukan Oda-Tokugawa dari belakang. Nobunaga sudah dalam posisi terjepit ketika
Kinoshita Hideyoshi meminta diberi kesempatan bertempur di bagian paling belakang dibantu
Tokugawa Ieyasu agar Nobunaga mempunyai kesempatan untuk kabur. Pada akhirnya, Nobunaga bisa kembali ke Kyoto. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Jalan Lolos Kanegasaki (
Kanegasaki Nukiguchi).
Pada bulan Juni
1570, pasukan
Tokugawa Ieyasu bersama pasukan Nobunaga terlibat pertempuran dengan pasukan gabungan Azai-Asakura yang anti-Nobunaga. Pertempuran terjadi di tepi sungai Anegawa (Provinsi Ōmi) yang kemudian dikenal sebagai
Pertempuran Sungai Anegawa.
Pertempuran berlangsung sengit dengan kerugian besar di kedua belah pihak. Pihak Azai dengan
Isono Kazumasa di garis depan sudah kehilangan 13 lapis pasukan dari 15 lapis pasukan yang ada. Tokugawa Ieyasu yang berhadapan dengan Kelompok Tiga Serangkai dari Mino juga terlibat pertempuran sengit. Pada akhirnya, pasukan Nobunaga berhasil mengalahkan pasukan gabungan Azai-Asakura. Pada pertempuran berikutnya di Sakamoto (Ōmi), pasukan Nobunaga menderita kekalahan pahit dari pasukan gabungan kuil Enryakuji-Asakura-Azai.
Mori Yoshinari dan adik Nobunaga yang bernama
Oda Nobuharu tewas terbunuh.
Pada bulan September
1571, Nobunaga mengeluarkan perintah untuk membakar kuil Enryakuji yang memakan korban tewas sebanyak 4.000 orang. Korban tewas sebagian besar terdiri dari wanita dan anak-anak, termasuk pendeta kepala Enryakuji yang ikut tewas terbunuh.
Takeda Shingen dalam pernyataan yang mengecam keras tindakan Nobunaga mengatakan Nobunaga sudah berubah menjadi Raja Iblis. Bangsawan bernama
Yamashina Toki dalam pernyataan yang menyesalkan tindakan Nobunaga mengatakan (Nobunaga) sudah menghancurkan ajaran agama Buddha.
Pada tahun
1572, Takeda Shingen dari
Provinsi Kai memutuskan untuk menyerang
Kyoto sebagai jawaban atas permintaan bantuan Ashikaga Yoshiaki. Pasukan berjumlah 27.000 prajurit yang dipimpin Shingen berhasil menaklukkan wilayah kekuasaan keluarga Tokugawa.
Ketika mendengar kabar penyerangan Takeda Shingen, Nobunaga sedang berperang melawan
Azai Nagamasa dan
Asakura Yoshikage di Ōmi utara. Nobunaga segera kembali ke Gifu setelah pimpinan pasukan diserahkan kepada
Kinoshita Hideyoshi. Nobunaga mengirim pasukan untuk membantu
Tokugawa Ieyasu, tapi jumlahnya tidak cukup. Pasukan Takeda Shingen tidak mungkin ditundukkan pasukan bantuan Nobunaga yang hanya terdiri dari 3.000 prajurit. Pada akhirnya, pasukan gabungan Oda-Tokugawa dikalahkan pasukan Takeda dalam
Pertempuran Mikatagahara. Selanjutnya, pasukan Takeda terus memperkuat posisi di wilayah kekuasaan Tokugawa.
Pada musim dingin
1572,
Asakura Yoshikage secara tiba-tiba memutuskan persekutuannya dengan
Takeda Shingen. Keadaan ini menguntungkan pihak Nobunaga. Pasukan Nobunaga yang dipusatkan di
Ōmi utara bisa ditarik mundur. Dengan tambahan pasukan yang baru kembali dari Ōmi utara, kekuatan pasukan gabungan Oda-Tokugawa berada jauh di atas pasukan Takeda. Pasukan Takeda yang menghadapi pasukan gabungan Nobunaga hanya dapat maju pelan-pelan. Takeda Shingen mengirimkan surat kepada Yoshikage sambil terus bergerak maju sedikit demi sedikit di dalam wilayah Tokugawa. Pada bulan Mei
1573, Shingen tutup usia karena sakit sebelum ambisinya menguasai Kyoto tercapai. Setelah membubarkan diri, Pasukan Takeda pulang ke
Provinsi Kai, dan sekaligus menandai tamatnya koalisi anti-Nobunaga.
Pada bulan Juli
1573, pasukan Nobunaga terlibat dua kali bentrokan bersenjata dengan pasukan Ashikaga. Keshogunan Muromachi runtuh setelah diusirnya shogun Ashikaga Yoshiaki dari Kyoto. Selanjutnya, pada bulan Agustus, Nobunaga berhasil menghancurkan pasukan
Asakura Yoshikage dalam
Pertempuran Ichijōdani. Pada bulan berikutnya (September 1573),
Azai Nagamasa tewas akibat penyerangan pasukan Nobunaga. Dalam peristiwa ini, adik perempuan Nobunaga yang bernama
Oichi yang diperistri Azai Nagamasa berhasil diselamatkan, namun
Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi tewas terbunuh.
Pada bulan November 1573,
Miyoshi Yoshitsugu dari Kawachi dipaksa pasukan
Sakuma Nobumori untuk melakukan bunuh diri.
Matsunaga Hisahide juga dipaksa menyerah. Tidak sampai setengah tahun setelah wafatnya Takeda Shingen, para daimyo yang menjadi anggota koalisi anti-Nobunaga tewas.
Penghancuran kelompok Ikkō
Pada tahun
1574, kelompok Ikkō Ise Nagashima dikepung pasukan Nobunaga dari darat dan laut hingga tidak berdaya akibat terputusnya jalur perbekalan. Pertempuran berlangsung sengit, dan Nobunaga sudah menderita luka-luka tembak. Namun akhirnya kelompok Ikkō menanggapi peringatan untuk menyerah. Nobunaga berpura-pura memberi izin kepada kelompok Ikki untuk menyerahkan diri. Ketika sedang berkumpul untuk menyerahkan diri, kelompok Ikki mendadak diserang. Semua pengikut kelompok Ikki yang sudah menyerah dibakar hidup-hidup, sejumlah 20.000 orang tewas.
Sebagian besar anggota kelompok Ikki adalah orang tua, wanita dan anak-anak yang tidak pernah ikut berperang. Penjelasan yang dapat dipercaya mengatakan Nobunaga melakukan pembunuhan massal sebagai balasan atas kerugian besar yang diderita Nobunaga dalam pertempuran dengan kelompok Ikki Nagashima. Pengikut terpercaya dan anggota keluarga Nobunaga tewas dalam jumlah besar, sehingga Nobunaga dendam terhadap kelompok Ikki. Kelompok Ikko Nagashima habis diberantas dengan pembunuhan massal yang dilakukan Nobunaga.
- Pertempuran Nagashino
Pada tahun
1575, pewaris kekuasaan Takeda Shingen yang bernama
Takeda Katsuyori menjadikan menantu Ieyasu (
Okudaira Nobumasa) sebagai sasaran balas dendam terhadap Ieyasu. Istana Nagashino yang dijadikan tempat kediaman Nobumasa diserang pasukan Takeda Katsuyori yang terdiri dari 15.000 prajurit.
Permintaan bantuan dari Ieyasu untuk membantu Okudaira Nobumasa mendapat jawaban dari Nobunaga. Pasukan Takeda yang hanya terdiri dari 15.000 prajurit dihancurkan pasukan gabungan Oda-Tokugawa yang terdiri dari 30.000 prajurit Oda dan 5.000 prajurit Tokugawa. Peristiwa ini dikenal sebagai
Pertempuran Nagashino. Di dalam pertempuran ini, korban tewas di pihak pasukan Takeda dikabarkan mencapai lebih dari 10.000 prajurit.
Nobunaga dikabarkan memakai strategi berperang yang membagi pasukan senapan menjadi tiga lapis prajurit. Strategi ini digunakan untuk menghindari kemungkinan prajurit tewas sewaktu mengisi peluru. Setelah prajurit lapis pertama selesai menembak dan berjongkok untuk mengisi peluru, prajurit lapis kedua mendapat giliran untuk menembak, dan seterusnya. Nobunaga memuji Okudaira Nobumasa dalam Pertempuran Nagashino.
Istana Nagashino dipertahankan Nobumasa melawan pasukan Takeda yang jumlahnya lebih banyak.
Pada tahun yang sama (
1575), Nobunaga menunjuk
Shibata Katsuie sebagai panglima gabungan untuk menyerang pasukan Ikko Ikki yang terbentuk setelah hancurnya
klan Asakura. Pasukan Ikko Ikki dibantai pasukan Katsuie yang dikirim ke
Echizen. Korban tewas akibat pasukan Katsuie dikabarkan mencapai puluhan ribu orang yang tidak membedakan usia dan jenis kelamin.
Atas kejadian tersebut, pengikut Nobunaga yang bernama
Murai Sadakatsu menulis surat tentang peristiwa mengerikan di Echizen Fuchū yang penuh mayat bergelimpangan sampai kelihatan tiada tempat kosong. Dalam tulisannya yang masih tersisa dalam bentuk
litografi,
Maeda Toshiie yang pada waktu itu merupakan bawahan Nobunaga juga menulis tentang sekitar 1.000 tawanan yang disalib, direbus, atau dibakar hidup-hidup.
- Pembangunan Istana Azuchi
Pada tahun
1576, Nobunaga memulai pembangunan
Istana Azuchi di pinggir
Danau Biwa, Provinsi Ōmi. Pembangunan dikabarkan selesai tahun
1579. Istana Azuchi konon terdiri dari 5 lantai dan 7 lapis atap, dengan
atrium di bagian dalam menara utama. Dalam surat yang dikirimkan ke negeri asalnya, seorang misionaris
Yesuit memuji Istana Azuchi sebagai istana mewah yang di Eropa saja tidak ada.
Nobunaga pindah ke Istana Azuchi yang baru selesai dibangun, sedangkan
Istana Gifu diwariskan kepada putra pewaris,
Oda Nobutada. Istana Azuchi dijadikan pusat kekuasaan Oda Nobunaga yang sedang berusaha mempersatukan Jepang.
Pada tahun
1576, Nobunaga menyerang kuil
Ishiyama Honganji. Pasukan Nobunaga yang terdiri dari 3.000 prajurit sempat terdesak, tapi akhirnya pihak musuh yang terdiri dari 15.000 prajurit dikalahkan dalam
Pertempuran Tennōji.
Para pendeta kuil Ishiyama sudah dikepung oleh pasukan Nobunaga. Pertempuran laut pecah di muara
Sungai Kizu yang disebut Pertempuran Sungai Kizu antara pasukan Nobunaga melawan kapal-kapal angkatan laut Mōri. Pada waktu itu, angkatan laut Mōri yang berada di pihak pendeta kuil Ishiyama sedang mengangkut perbekalan menuju kuil Ishiyama. Kapal-kapal Nobunaga ditenggelamkan dengan serangan api oleh angkatan laut Mōri. Akibatnya, pasukan Nobunaga yang mengepung kuil Ishiyama terpaksa ditarik mundur.
Selanjutnya,
Kuki Yoshitaka diperintahkan Nobunaga untuk membuat kapal dari plat besi baja yang tidak mudah terbakar saat terjadi pertempuran. Kapal-kapal Nobunaga menghancurkan angkatan laut Mōri saat pecah pertempuran laut yang kedua kali pada tahun
1578.
Peran panglima daerah
Ketika Nobunaga menyerang
Ise pada tahun
1577, pasukan
Suzuki Magoichi memaksa kelompok
Saikashū untuk menyerah. Pada tahun yang sama, panglima Nobunaga yang bernama
Hashiba Hideyoshi memulai serbuan ke daerah
Chūgoku. Keberhasilan Nobunaga adalah berkat jasa panglima militer yang tersebar di berbagai daerah:
Nobunaga pernah berhubungan baik dengan
Uesugi Kenshin, tapi akhirnya harus berselisih soal hak penguasaan daerah seperti Noto (sekarang daerah semenanjung
Prefektur Ishikawa).
Pertempuran Sungai Tetori pecah akibat pertentangan antara Nobunaga dan Kenshin. Pasukan
Shibata Katsuie dapat ditaklukkan dengan mudah oleh pasukan Uesugi Kenshin yang merupakan musuh terkuat Nobunaga setelah wafatnya
Takeda Shingen. Kesempatan ini dimanfaatkan
Matsunaga Hisahide untuk kembali memimpin pemberontakan di Yamato. Nobunaga yang menyadari kekuasaannya dalam bahaya segera mengirim pasukan ke Yamato untuk membunuh Hisahide. Pada bulan Maret
1578,
Uesugi Kenshin yang sedang dalam perjalanan menaklukkan Kyoto meninggal karena sakit.
Pada tahun
1579, pasukan
Hashiba Hideyoshi berhasil menaklukkan
Ukita Naoie dan menguasai
Provinsi Bizen.
Hatano Hideharu dari
Tamba juga dipaksa menyerah oleh pasukan
Akechi Mitsuhide. Nobunaga langsung menghukum mati
Hatano Hideharu, padahal Hideharu menyerah setelah dibujuk dengan bersusah payah oleh Mitsuhide. Peristiwa ini nantinya menjadi sumber masalah bagi Nobunaga. Ada cerita yang mengatakan perbuatan Nobunaga menyebabkan terbunuhnya ibu kandung Akechi Mitsuhide yang dijadikan sandera oleh pihak Hatano Hideharu.
Sementara itu, putra Nobunaga bernama
Kitabatake Nobuo (Oda Nobuo) yang menjadi penguasa
Provinsi Ise dengan keputusan sendiri menyerang
Provinsi Iga. Alasannya, samurai pengikutnya sewaktu membangun Istana Dejiro diganggu para prajurit lokal. Kekalahan besar diderita pasukan Nobuo setelah prajurit lokal dari Ise melakukan serangan balasan. Kekalahan Nobuo diketahui Nobunaga yang memarahi habis-habisan putra keduanya. Prajurit lokal dari Provinsi Iga kemudian dinyatakan sebagai musuh Nobunaga. Peristiwa ini disebut Kerusuhan Iga tahun
Tensho bagian pertama.
Masih di tahun yang sama (
1579), pasukan Nobunaga memadamkan pemberontakan di
Kinai yang dipimpin
Besso Nagaharu dan
Araki Murashige. Nobunaga juga memerintahkan istri sah dari Tokugawa Ieyasu yang bernama
Tsukiyama-dono untuk melakukan
seppuku. Tsukiyama-dono adalah ibu dari putra pewaris Ieyasu yang bernama
Tokugawa Nobuyasu. Peristiwa ini menjadi sumber perselisihan di kalangan kelompok pengikut Tokugawa yang terbagi menjadi kelompok pro dan kelompok anti-Nobunaga. Pada akhirnya
Tokugawa Ieyasu memutuskan untuk tidak menyelamatkan nyawa istri dan putra pewarisnya.
Pada bulan April
1580, Nobunaga berhasil berdamai dengan pihak kuil Ishiyama Honganji. Masalah kuil Ishiyama Honganji dan pendeta
Kennyo yang merupakan ganjalan bagi Nobunaga bisa diselesaikan dengan damai berkat keputusan Kaisar Ōgimachi yang menguntungkan pihak kuil Ishiyama Honganji. Sesuai dengan syarat perdamaian, kuil Ishiyama Honganji harus pindah dari
Osaka. Pada bulan Agustus
1580, Nobunaga secara tiba-tiba mengusir pengikutnya seperti
Sakuma Nobumori,
Hayashi Hidesada,
Andō Morinari dan
Niwa Ujikatsu.
Pada tahun yang sama, Oda Nobuo kembali memimpin pasukan sebanyak 60.000 prajurit untuk membalas kekalahan dari prajurit lokal di Ise. Pembunuhan massal terjadi di Iga, semua orang yang disangka
ninja tewas dibantai termasuk wanita dan anak-anak kecil. Korban tewas mencapai lebih dari 10.000 orang. Semua orang dikabarkan lenyap dari Provinsi Iga, semua barang-barang juga lenyap dan Provinsi Iga hancur. Peristiwa ini dinamakan Kerusuhan Iga tahun Tensho bagian kedua.
Kehancuran klan Takeda
Setelah klan Takeda dari
Kai takluk, Nobunaga memerintahkan untuk menghukum mati semua pengikut klan Takeda beserta keluarga, dan pembantu yang dianggap akan membalas kematian tuannya. Peristiwa ini dikenal sebagai Perburuan Takeda. Perintah Nobunaga untuk membantai seluruh klan Takeda tidak dapat diterima
Tokugawa Ieyasu dan sebagian menteri dari pihak Nobunaga. Walaupun harus bertaruh nyawa, Ieyasu dan para menteri menyembunyikan sisa-sisa pengikut Takeda. Seorang tokoh di
zaman Edo yang bernama Takeda Yukari merupakan keturunan dari sisa-sisa pengikut Takeda yang berhasil diselamatkan dari pembunuhan massal.
Ada pendapat yang mengatakan
Akechi Mitsuhide kuatir dengan masa depan sebagai pengikut Nobunaga karena tidak diberi bagian dalam rencana penyerbuan ke Shikoku. Mitushide merasa nasibnya sebentar lagi mirip dengan nasib
Sakuma Nobumori dan
Hayashi Hidesada yang diusir oleh Nobunaga.
Pendapat lain mengatakan Akechi Mitsuhide merasa dirinya sudah tidak berguna, karena tidak lagi diserahi tugas memimpin pasukan oleh Nobunaga. Mitsuhide juga merasa dipermalukan oleh Nobunaga, karena rencana pernikahan putri salah seorang pengikutnya yang bernama
Saitō Toshimitsu menjadi gagal. Pernikahan ini sebenarnya diatur oleh Mitsuhide sesuai strategi pendekatan terhadap Chōsokabe Motochika yang diperintahkan Nobunaga.
insiden Honnōji
Pada tanggal
15 Mei 1582, Tokugawa Ieyasu berkunjung ke Istana Azuchi untuk mengucapkan terima kasih kepada Nobunaga atas penambahan
Suruga ke dalam wilayah kekuasaannya. Nobunaga menugaskan
Akechi Mitsuhide sebagai tuan rumah yang mengurus segala keperluan Ieyasu selama berada di Istana Azuchi mulai tanggal
15 Mei-
17 Mei 1582.
Di tengah kunjungan Ieyasu di Istana Azuchi, Nobunaga menerima utusan yang dikirim
Hashiba Hideyoshi yang meminta tambahan pasukan dari Nobunaga. Posisi Hideyoshi yang sedang bertempur merebut
Istana Takamatsu di
Bitchū dalam keadaan sulit, karena jumlah pasukan Mōri berada di atas jumlah pasukan Hideyoshi.
Nobunaga menanggapi permintaan bantuan Hideyoshi. Mitsuhide dibebaskan dari tugasnya sebagai tuan rumah bagi Ieyasu dan diperintahkan memimpin pasukan bantuan untuk Hideyoshi. Dalam jurnal militer Akechi Mitsuhide ditulis tentang Nobunaga yang tidak merasa puas dengan pelayanan Mitsuhide sewaktu menangani kunjungan Ieyasu. Nobunaga menyuruh anak laki-laki peliharaannya yang bernama
Mori Ranmaru untuk memukul kepala Mitsuhide.
Nobunaga berangkat ke
Kyoto pada
29 Mei 1582 dengan tujuan mempersiapkan pasukan yang dikirim untuk menyerang pasukan Mōri. Nobunaga menginap di kuil
Honnōji,
Kyoto. Akechi Mitsuhide yang sedang dalam perjalanan memimpin pasukan bala bantuan untuk Hideyoshi berbalik arah, dan secara tiba-tiba muncul di Kyoto untuk menyerang kuil Honnōji. Pada tanggal
2 Juni 1582, Nobunaga terpaksa melakukan
bunuh diri, namun jasad Nobunaga kabarnya tidak pernah ditemukan. Peristiwa ini dikenal sebagai
Insiden Honnōji.
Kepribadian
Nobunaga menggemari barang-barang yang berasal dari Barat. Pada tahun
1581, Nobunaga pernah menyelenggarakan parade pasukan
kavaleri dengan mengundang
Kaisar Ōgimachi. Pada waktu itu, Nobunaga hadir mengenakan mantel dari kain
beludru dan
topi gaya Barat.
Pada masa tuanya, Nobunaga dikabarkan selalu mengenakan
baju zirah ala Barat sewaktu tampil dalam pertempuran. Nobunaga sangat tertarik pada pelayan berkulit hitam dari misionaris Yesuit bernama
Alessandro Valignano. Nobunaga lalu menjadikan pelayan berkulit hitam yang diberi nama Yasuke sebagai penasehat pribadi.
Nobunaga konon bisa segera mengerti kegunaan dari barang-barang yang dihadiahkan misionaris
Yesuit seperti
bola dunia,
jam, dan
peta. Pada waktu itu orang Jepang masih belum mengetahui bumi itu bulat. Para pengikut Nobunaga walaupun sudah dijelaskan berkali-kali tidak juga paham, tapi Nobunaga kabarnya bisa langsung mengerti dan menganggapnya sebagai sesuatu yang masuk akal.
Nobunaga dikenal mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Nobunaga sudah menggunakan senapan model
Arquebus ketika senapan masih merupakan barang yang tidak umum. Nobunaga terkenal dengan tindakan yang sering dinilai kejam, tapi misionaris
Portugis bernama
Luis Frois menganggap Nobunaga sebagai orang biasa-biasa saja.
Nobunaga kabarnya begitu tampan sewaktu masih remaja sehingga sering disangka sebagai wanita. Nobunaga juga punya selera
fedofilia seperti lazimnya samurai
zaman Sengoku. Nobunaga punya hubungan khusus dengan banyak bocah laki-laki seperti
Maeda Toshiie,
Hori Hidemasa, dan
Mori Ranmaru. Tokoh terkemuka seperti
Maeda Toshiie dan
Hori Hidemasa sewaktu kecil adalah peliharaan Nobunaga, sedangkan
Mori Ranmaru adalah anak laki-laki peliharaan Nobunaga yang terakhir. Nobunaga adalah pemimpin yang sangat berkuasa, tapi dibandingkan dengan besarnya kekuasaan Nobunaga, jumlah istri yang dimiliki sangat sedikit walaupun dikaruniai banyak keturunan.
Nobunaga benci dengan seni pertunjukan
Noh tapi menyenangi
Igo dan seni menyanyi dan menari yang disebut
Kōwakamai. Salah satu lagu Kōwakamai yang digemari Nobunaga berjudul
Atsumori, terutama lirik yang berbunyi "
Ningen gojunen, keten no uchi o kurabureba, mugen no gotoku nari, Hitotabi sei o uke, messenu mono no aribeki ka"
(「人間五十年 下天のうちをくらぶれば 夢幻の如くなり ひとたび生を享け 滅せぬもののあるべきか」 ?, "Umur manusia hanya lima puluh tahun, Di dunia fana ini, Hidup ini seperti mimpi, Sekali dilahirkan, Adakah orang yang tidak mati). Nobunaga dikabarkan sangat sering menyanyikan lagu ini sambil menari, mungkin karena liriknya mengena di hati atau mungkin juga cocok dengan prinsip hidupnya. Nobunaga sangat menggemari
sumo sehingga sering sekali menggelar pertandingan sumo yang dihadiri kaisar dan kalangan atas istana. Nobunaga menyenangi seni bela diri dan beraneka macam olah raga, seperti
berenang, berburu memakai
burung rajawali, menunggang
kuda dan seni memanah
kyūdo.
- Lukisan potret
Lukisan potret Nobunaga disimpan di kuil
Chōkōji, kota
Toyota,
Prefektur Aichi.
[1] Lukisan potret Nobunaga oleh pelukis Eropa yang disimpan di gudang kuil Sampoji, kota Tendo, Prefektur Fukui ikut habis terbakar akibat serangan udara dalam
Perang Dunia II, padahal dalam lukisan potret tersebut Nobunaga digambarkan sangat mirip dengan aslinya.
Kebijakan
Tenka Fubu
Pada abad pertengahan, rakyat Jepang terdiri dari kelas bangsawan, kelas pendeta, dan kelas
samurai. Stempel Nobunaga bertuliskan "Tenka Fubu" (penguasaan seluruh Jepang dengan kekuatan militer) yang sering diartikan sebagai ambisi Nobunaga untuk mendirikan pemerintahan militer oleh kelas samurai dengan menghapus kelas bangsawan dan kelas pendeta. Ambisi Nobunaga menghancurkan kelas pendeta terlihat dari kebijakannya menghancurkan
Pemberontakan Ikko Ikki dan
Perang Ishiyama yang dilancarkan terhadap kuil
Honganji dan pendeta
Kennyo.
Keshogunan Muromachi yang berada dibawah kendali Nobunaga juga mengeluarkan peraturan pertanahan di
Kyoto yang menempatkan kompleks rumah tinggal kelas bangsawan di lokasi khusus agar lebih mudah diawasi.
Kegiatan beragama
Walaupun menyatakan dirinya sebagai penganut sekte Hokke, Nobunaga dinilai tidak punya penghormatan sama sekali terhadap agama Buddha. Perintahnya dinilai kejam dalam penyelesaian masalah Ikko Ikki dan pembantaian massal kuil Enryakuji. Nobunaga dikabarkan menggunakan patung batu dewa pelindung anak dalam agama Buddha dan
batu nisan sebagai tembok batu di
Istana Azuchi.
Pihak yang pembela Nobunaga menyangkal Nobunaga tidak religius dengan menunjuk pada bukti
langit-langit menara utama Istana Azuchi yang dipenuhi hiasan gambar para tokoh dalam agama
Buddha,
Taoisme dan
Konfusianisme. Pendapat lain mengatakan Nobunaga hanya menginginkan pemerintahan militer yang sekuler. Nobunaga juga tidak pernah melarang kegiatan beragama seperti
Jōdo Shinshū dan kuil Enryakuji.
Kebijakan terhadap istana
Nobunaga tidak menempati jabatan di istana setelah mengundurkan diri dari jabatan
Udaijin, bulan April
1578. Pengunduran diri Nobunaga sering dikatakan berkaitan dengan wafatnya
Uesugi Kenshin di usia 49 tahun, bulan Maret
1578.
Ada pendapat yang mengatakan Nobunaga sudah mempunyai kekuasaan yang cukup hingga tidak lagi memerlukan bantuan dari istana, apalagi saingan Nobunaga sudah tidak ada lagi. Musuh-musuh besar Nobunaga seperti Uesugi Kenshin, kekuatan militer dari kuil
Honganji dan klan ternama seperti
klan Takeda,
klan Mōri dan
klan Ōtomo semuanya sudah habis.
Di daerah
Kanto, Nobunaga berusaha menjalin persekutuan dengan
klan Gohōjō yang menguasai wilayah bernilai 2.400.000
koku. Pemimpin klan juga dikirimi wanita untuk dijadikan istri.
Nobunaga ikut membantu dalam soal keuangan dan turut campur dalam pengambilan keputusan di istana. Kaisar hanya berperan sebagai boneka Nobunaga, hingga pada puncaknya Nobunaga meminta Kaisar Ōgimachi untuk mengundurkan diri. Kaisar Ōgimachi adalah kaisar yang sudah berpengalaman dan tidak mudah mengikuti setiap perkataan Nobunaga. Nobunaga sebaliknya masih menuruti perintah kaisar setiap kali kaisar tidak sependapat dengan Nobunaga yang ingin selalu menyerang musuh kuatnya di berbagai tempat.
Pendapat lain mengatakan pameran kekuatan Nobunaga dalam bentuk parade pasukan
kavaleri di tahun
1581 diadakan dengan tujuan mengancam Kaisar Ōgimachi. Pendapat yang membela Nobunaga mengatakan parade pasukan tidak dilakukan dengan tujuan mengancam kaisar.
Kaisar Ōgimachi bermaksud berkompromi dengan Nobunaga dengan cara memberikan gelar-gelar seperti
Seitaishogun,
Dajō Daijin, dan
Kampaku. Pendapat lain mengatakan ada kemungkinan kalangan istana merupakan dalang Insiden Honnōji karena kuatir dengan Nobunaga yang semakin bebas menjalankan politik Tenka Fubu setelah wafatnya Uesugi Kenshin.
Kebijakan perdagangan
Nobunaga menjalankan politik pasar bebas (
rakuichi rakuza) dalam bentuk penghapusan sistem
kartel dan pos-pos pemungutan pajak yang tidak perlu, sehingga peredaran barang dan perekonomian berkembang dengan pesat. Nobunaga juga melakukan survei wilayah dan memindahkan tempat kediaman pengikutnya di kota sekeliling istana.
Penghapusan sistem kartel hanya berlaku di daerah-daerah yang bisa dibebaskan dari kartel. Distribusi barang dikuatirkan lumpuh jika sistem kartel dihapus di seluruh daerah. Sistem kartel seperti di Kyoto tetap dipertahankan mengingat anggota kartel berpengaruh di bidang politik.
Kebijakan kepegawaian
Sakuma Nobumori dan Hayashi Hidesada bukannya tidak berprestasi, tapi Nobunaga lebih menghargai hasil pekerjaan
Shibata Katsuie yang merupakan pengikut sekaligus panglima pasukan dari wilayah
Hokuriku. Nobumori dan Hidesada memang pernah diizinkan untuk terus mengikuti Nobunaga, tapi ketika mencoba berperan aktif justru dikenakan tindakan disiplin berupa pemecatan.
Upacara minum teh yang sedang populer pada saat itu digunakan Nobunaga sebagai sarana berpolitik dan bisnis dengan kalangan pengikutnya. Para pengikut Nobunaga juga sebaliknya menjadi sangat menghargai tradisi upacara minum teh. Nobunaga menggunakan perangkat minum teh berharga tinggi dari provinsi penghasil keramik terbaik sebagai imbalan pengganti uang tunai.
Takigawa Kazumasu yang memiliki wilayah
Kanto kabarnya sangat kecewa karena tidak diberi imbalan berupa perangkat minum teh Shukōkonasu. Imbalan yang diterima dari Nobunaga justru penambahan wilayah kekuasaan berupa
Provinsi Kōzuke dan gelar penguasa daerah Kanto.
Kepemimpinan
- Nobunaga mempunyai kemampuan untuk memimpin para pengikut yang terdiri dari kalangan yang sudah sangat terpilih, tapi sering dikatakan tidak berusaha untuk mengerti sifat orang-orang yang berada di sekelilingnya. Pendapat lain mengatakan para pengikut sering tidak mendapat penjelasan dari Nobunaga tentang maksud kebijakan politik yang sedang diambil.
- Nobunaga sangat mengawasi gerak-gerik para daimyo. Nobunaga sering mengirim berbagai macam barang berharga untuk Uesugi Kenshin dan Takeda Shingen yang dianggap sebagai ancaman terbesar dengan maksud untuk menjalin hubungan persahabatan.
Silsilah
- Asal-usul
Pendapat yang melihat hubungan antara klan Oda (disebut juga klan Taira atau klan Fujiwara) dan kuil Shinto Tsurugi di
Prefektur Fukui mengatakan asal-usul klan Oda adalah
klan Imbe (klan Imibe) yang merupakan kelas bangsawan sejak zaman kuno. Klan Oda berasal dari
Echizen tapi kemudian pindah ke
Owari. Klan Asakura merupakan saingan klan Oda. Kakek Nobunaga bernama
Oda Nobusada yang merupakan penguasa Istana Furuwatari.
- Adik dan kakak
- Adik perempuan
- Anak laki-laki
Sanak keluarga
- Garis keturunan Oda Nobusada
- Garis keturunan Oda Nobuyuki
- Garis keturunan Oda Nobuharu
- Garis keturunan Oda Nobumitsu
- Garis keturunan Oda Nobuyasu
- Garis keturunan lain
- Anak perempuan
- Anak cucu
Pengikut
- Shibata Katsuie, Takigawa Kazumasu, Niwa Nagahide, Akechi Mitsuhide, Tokugawa Ieyasu, Hashiba Hideyoshi, Hayashi Hidesada, Sakuma Nabumori, Ikeda Tsuneoki
- Murai Sadakatsu
- Menantu pria: Gamō Ujisato, Tsutsui Sadatsugu, Niwa Nagashige, Maeda Toshinaga, Matsudaira Nobuyasu, Mizuno Tadatane, Saji Kazunari, Nijō Akizane, Marikōji Mitsufusa, Tokudaiji Sanehisa
- Hori Hidemasa, Hasegawa Hidekazu
- Anak laki-laki peliharaan: Mori Ranmaru, Mori Nagauji, Mori Nagataka
- Ksatria berbaju hitam: Sassa Narimasa, Mōri Yoshikatsu, Kawajiri Hidetaka, Hacha Yoritaka
- Ksatria berbaju merah: Maeda Toshiie, Ban Naomasa, Mōri Hideyori, Nonomura Masashige, Inoko Kazutoki, Asai Shinbachirō, Itō Nagahisa, Sawaki Yoshiyuki, Kanemori Nagachika
- Pengikut lain yang berpengaruh: Kuki Yoshitaka, Hosokawa Yūsai, Araki Murashige, Ikeda Katsumasa, Matsunaga Hisahide, Tsutsui Junkei, Kelompok Tiga Serangkai dari Mino (Inaba Yoshimichi, Andō Morinari, Ujiie Naomoto).
Lokasi makam
Lokasi yang dinyatakan sebagai makam Oda Nobunaga tersebar di banyak tempat, antara lain:
Nobunaga Kōbyō di kuil Honnoji
- Nobunaga Kōbyō di kuil Honnoji, distrik Nakagyō, Kyoto
- Oda Nobunaga Kōhonbyō di kuil Rendaizan Amidaji
- Batu nisan Nobunaga terletak di kuil ini. Pendeta kepala dikabarkan menguburkan Oda Nobunaga setelah Insiden Honnoji.
- Gorintō (batu nisan lima susun) Oda Nobunaga yang dilupakan orang sejak zaman Meiji ditemukan pada tahun 1970.
- Toyotomi Hideyoshi dikabarkan membangun kuil Sōken-in untuk Oda Nobunaga di kuil ini pada peringatan setahun meninggalnya Nobunaga. Pada waktu itu dibuat dua buah patung kayu sebagai pengganti jenazah Oda Nobunaga yang tidak pernah ditemukan, satu buah patung untuk dikremasi dan satu buah patung untuk disimpan di dalam kuil Sōken-in.
- Oda Nobunaga Kōhonbyō di situs bekas Istana Azuchi (wilayah Sannomaru).
- Makam Oda Nobunaga di kuil Zuiryūji di Gunung Takaoka, kota Takaoka, Prefektur Toyama
- Makam Oda Nobunaga di kuil Sōfukuji, kota Gifu, Prefektur Gifu. Onabe-no-kata (istri lain Nobunaga) mengirimkan barang-barang peninggalan dan papan kayu nama almarhum (ihai) milik Nobunaga.
Kesusastraan dan budaya
Pengikut Nobunaga bernama
Ōta Gyūichi menulis buku catatan resmi tentang Oda Nobunaga yang berjudul
Nobunaga kōki.
Perjalanan hidup Oda Nobunaga dan tokoh-tokoh yang berada di sekitarnya merupakan bahan cerita yang tidak ada habisnya ditulis kembali dalam bentuk
novel fiksi sejarah,
manga,
video game, dan
Taiga drama yang ditayangkan saluran televisi
NHK.
Daftar pustaka
- Fujii Manabu. Honnōji to Nobunaga. Kyoto: Shibunkaku, 2003.
0 komentar:
Posting Komentar